Day 2 : Dynamic Busan (Gamcheon Cultural Village and Taejongdae Park)

Di Busan, saya menginap di Love in Busan Guesthouse. Lokasinya dekat dengan Stasiun Pusan National Univ. I'm in live with this guesthouse. Ownernya sangat ramah dan helpful trus juga fasilitasnya lengkap ditambah lagi pilihan breakfast banyak dan khususnya lagi pantry boleh diakses diluar jam breakfast. Boleh ngambil pisang dan minum susu/jus sesuka hati kapan aja. Kalo lain waktu ke Busan pasti saya akan kembali menginap di sini. Roommate saya orang Jerman, untunglah kamar saya yang isinya 6 bed hanya terisi dua jadi tidak ramai.

Tujuan wisata saya di Busan yang pertama adalah Gamcheon Cultural Village yang biasa dijuluki Santorini of South Korea karena pemandangannya yang menyerupai Santorini yang ada di Yunani itu. Gamcheon Cultural Village sangat cocok bagi yang suka foto ala-ala karena tempatnya artsy banget plus super kekinian (dan pastinya pernah masuk di salah satu episode Return of Superman), kayaknya seharian juga gak cukup buat keliling dan foto-foto. Seperti kebanyakan wilayah di Korea Selatan, pengunjung harus siap naik turun tangga untuk mengelilingi kampung budaya ini karena wilayahnya ada di perbukitan. Siap-siap kaki gempor. Walaupun udaranya sejuk tetep aja saya baru beberapa menit keliling baju udah basah kuyup keringetan.


Santorini beneran, doain bisa jalan-jalan ke sana yaaaa.... Amin!

Santorini ala Busan


How to get Gamcheon Cultural Village :
- Naik subway line 1 ke Stasiun Toseong, keluar di exit 6 (subway di Busan jalurnya tidak serumit di Seoul)
- Belok kanan dan jalan terus hingga menemukan Cancer Center Hospital di sebelah kanan
- Cari halte bus terdekat dan tunggu bus nomor 2 atau 2-2

Jika takut salah naik bus, tidak ada salahnya bertanya ke supir, cukup dengan menunjukkan tulisan Gamcheon Cultural Village dalam huruf Hangul. Bus yang akan dinaiki berukuran lebih kecil, tidak seperti bus umum biasa, karena jalanan yang akan dilewati lebih sempit. Dan ternyata oh ternyata, gak di Jakarta gak di Busan sama aja supir busnya kayak lagi balapan F1, udah jalanannya belok-belok dan naik turun trus supirnya ngebut, berasa naik roller coaster.

Gimana taunya kalau sudah sampai Gamcheon Cultural Village? Kalian bisa mengamati adanya Tourist Information Center di pintu masuk. Supir bus juga akan mengumumkan kalau sudah sampai di Gamcheon, masih belom yakin? Tanya lagi supirnya atau tanya sesama penumpang yang kira-kira wisatwan juga atau warga lokal yang masih muda dan dikira-kira bisa ngerti bahasa Inggris. Turun dari bus kalian bisa langsung ke Tourist Information Center untuk mendapatkan informasi dan peta, tapi sayangnya untuk peta harus bayar 2,000 KRW. Di peta itu akan ada tanda bangunan mana saja atau spot mana saja yang dianggap sebagai 'hot spot' buat foto-foto karena pemandangannya yang indah. Saya sih gak beli peta, muter-muter aja tanpa arah. Sementara untuk masuk ke Gamcheon Cultural Village tidak dikenakan biaya masuk.

Lah kalo nyasar gimana? Tenaaaannggg, diseluruh kawasan Gamcheon Cultural Village terpasang papan berbentuk ikan yang dijamin gak akan bikin nyasar. Kalo keasikan foto-foto trus bingung mau balik ke tempat awal tinggal cari papan bentuk ikan trus ikutin deh.

Papan penunjuk jalan
Tidak semua bangunan di sini boleh diakses orang umum. Sebenernya ini kan pemukiman penduduk jadi ya hati-hati kalo keliling, jangan masuk rumah orang sembarangan! Di rumah yang bisa diakses  umum akan ada papan penandanya kok.

Artsy banget kan?

Hide and Seek

Tangga jahanam yang harus ditaklukan

Puzzle

Di dekat pintu masuk, ada toko khusus yang menjual fish cake atau odeng atau eomuk. Secara Busan letaknya di pinggir laut, jadi makanan olahan laut wajib dicicipi. Saya nyoba beli satu, harganya sekitar 1000 KRW. Dan rasanya endeuuuusss banget, kerasa ikannya, gak tepung doang. Dengan harga 1000 KRW ukurannya besar menurut saya, makan satu aja juga udah kenyang. Alhasil saya menjadikan eomuk itu jadi makan siang saya saking kenyangnya. 

Legend

Follow the fish
Pas muter-muter di Gamcheon Cultural Village pengunjung harus jeli melihat spot-spot yang keren walaupun semuanya keren menurut saya. Selain itu, wajib sabar nunggu giliran foto wkwkwk.

Baper version

Replika Love Lock N-SeoulTower
Salah satu kreativitas yang bikin saya kagum adalah warga sekitar membuat pot bunga yang sangat kece. Pot bunganya dikasih celana jeans!
Pot bunga hitsss

Suka sekali sama lukisannya

Di Jakarta mah kagak bakal bisa mekar bunganya

Lukisan tentang Santorini
Puas berfoto-foto di Gamcheon Cultural Village, saya meneruskan perjalanan saya ke Taejongdae Park. Taejongdae Park ini bukan taman biasa, namanya doang taman tapi aslinya luas banget. Sebenernya ini geopark, konturnya perbukitan tapi dipinggir pantai. Konon kabarnya kalo cuaca lagi cerah bisa keliatan salah satu pulau yang masuk negara Jepang. Lagi-lagi biaya masuk ke Taejongdae Park ini gratis.

How to get there:
- Naik subway hingga Stasiun Busan
- Keluar lewat exit 6, cari halte untuk tunggu bus nomor 88 atau 101
- Naik bus 88 atau 101, turun di perhentian Taejongdade Park (paling akhir)

Kalo mau langsung dari Gamcheon ke Taejongdae park bisa naik bus nomor 2. Turun dekat halte bus Seo-gu Office lalu naik bus No 8 ke Taejongdae Park. Informasi ini saya dapatkan dari salah satu blog namun saya ragu jadi saya dari Gamcheon balik dulu ke Stasiun Busan. Sebenernya sih dari Gamcheon akan lebih dekat jika langsung ke  Taejongdae.

Dari pintu masuk Taejongdae, masih harus jalan untuk menuju landmark wisata. Pihak pengelola menyediakan Danubi Train untuk pengunjung, dengan cukup membayar 2000 KRW. Menurut saya ini adalah terefektif dan efisien untuk mengelilingi Taejongdae Park yang luas itu. Karena jarak ke landmark wisatanya kisaran 2km. 
Rute Danubi Train : Platform - Taejongsa Temple - Yeongdo Lighthouse - Observatory - Gumyeongsa Temple - Taewon Jagal Madang - Platform 

Saya dari awal udah niat mau ngunjungin semua landmarkany tapi apalah daya, pas sampe Taejongdae cuaca agak gerimis. Jadilah selama cuaca gerimis Danubi Train tidak dioperasikan, takut ada kecelakaan karena jalannya licin. Akhirnya saya ubah rencana, berhubung saya harus jalan kaki, saya hanya pergi ke Yeongdo Lighthouse dan Observatory. Pas liat papan penunjuk arah terungkap lah bahwa dari pintu masuk ke tujuan saya itu 2,2 km. Cuma bisa bengong pasrah harus jalan kaki naik turun bukit dan bawa dailypack yang beratnya 5 kg. Udah sampe Taejongdae masa gajadi pergi gara-gara gerimis sih. Btw, danubi train-nya baru beroperasi pas saya mau pulang, hikss.

Pintu masuk

Papan penunjuk arah
Hari itu pengunjung Taejongdae Park lumayan banyak, jadi saya jalan 2,2 km gak sendirian, banyak temennya. Yang bikin saya kagum sih ternyata pengunjung kebanyakan Halmeonni dan Harabeoji alias si mbah, udah pada sepuh semua. Saya jadi malu sendiri masih muda tapi jalan jauh dikit udah ngos-ngosan. Selain para kakek-nenek yang masih fit, saya kembali dibuat kagum oleh wanita-wanita Korea. Mereka sama kayak saya, harus jalan 2,2 km dengan kontur naik-turun, bedanya saya pake running shoes mereka pake wedges atau high heels. Gak bisa ngebayangin deh gimana itu rasanya. 
Ada lagi yang bikin saya senyum-senyum sendiri. Sepanjang jalan hampir saya selalu nemuin pasangan muda-mudi yang jalan berduaan sambil nenteng-nenteng perlengkapan piknik. Tipikal piknik yang beneran bawa tiker sama makanan. Duuuhhh, ku mau juga piknik sama Oppa-oppa. Cowok Korea emang dedikasi banget yak, bawain tas ceweknya ditambah lagi bawain kotak makan dan tiker.
Trotoarnya lebar, pedestrian friendly

Pemandangan di sepanjang jalan
Di tengah perjalanan, saya menemukan The Statue of Mother. Patung ini dibuat untuk mengingatkan orang-orang yang ingin mencoba bunuh diri dengan lompat dari tebing bahwa mereka masih punya ibu yang akan menyayangi mereka tanpa syarat. Karena jaman dulu tebing di Taejongdae Park menjadi tempat yang sering digunakan untuk percobaan bunuh diri.

The Statue of Mother

Peta Taejongdae
Akhirnya setelah jalan kaki 2,2 km saya sampai juga di Yeongdo Lighthouse, sebenernya sih yang jadi tujuan saya bukan mercusuarnya tapi tebing di sekitar mercusuar. Tebing ini sangat wajib dikunjungi untuk wisatawan yang ke Taejongdae. 

Yeongdo Lighthouse



Dari jalan utama, pengunjung harus menuruni beratur anak tangga untuk turun ke tebing, sangat peer untuk naik tangganya pas balik heuuu. Tebing ini luas dan datar sehingga cocok untuk foto-foto. Tapi harus tetap hati-hati ya karena tebingnya langsung ke laut dan anginnya kenceng banget.




Pemandangan dari jalan utama








Saya agak fail pas foto-foto disini, gabisa selfie dengan aman dan nyaman karena angin yang super kenceng bikin tongsis gerak-gerak mulu trus rambut ketiup angin hahahah. 



Itu yang kecil-kecil orang
Buat orang yang suka tempat wisata alam, Taejongdae sangat wajib dikunjungi. Saya sih suka bnaget sama tempat ini. Akses gampang dan fasilitasnya lengkap banget deh. Di setiap beberapa puluh meter selalu tersedia tap water yang bisa langsung minum dan juga toiletnya yang pasti bersih. 

Sehari di Busan buat saya kurang banget,banyak tempat wisata yang gagal saya kunjungi, contohnya BIFF square, Jagalchi market, Haeundae Beach, Gwangalli Beach. Gamcheon Cultural Village dan Taejongdae Park belum sering dikunjungi wisatawan asing. Turis kebanyakan jalan-jalannya ke Haeundae beach. Agak nyesel sebenernya cuma sehari di Busam. Semoga saya bisa berkesempatan ke Busan lagi ya, Amiiinnnn...



Comments

  1. Wau wauuu kern bisa mbantu banget

    ReplyDelete
  2. Helloo.. Hanum..
    Annyonghaseo..
    Hanum puspa boleh minta alamat email hanum gak??
    Mau tanya2..
    Thanks before..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts