Day 1 : Roadtrip to Dieng
Untuk menuju Dieng dari Jakarta,
saya memilih cara ‘ngeteng’ yang tentunya akan lebih murah. Perjalanan dimulai
dengan naik KA. Kutojaya Utara dari Pasar Senen ke Purwokerto. Kereta api yang
saya dan teman-teman naiki ini kelas ekonomi, harga tiketnya Rp
125.000,00/orang. Kami berangkat dari Jakarta jam 05.25 pagi dan tiba di
Purwokerto jam 10.25 pagi. Setelah tiba di Purwokerto, kami berniat untuk
melanjutkan perjalanan ke Wonosobo dengan naik bus. Kami perlu ke terminal dulu
untuk naik bus tersebut. Berdasarkan penelusuran saya, dari stasiun Purwokerto
ada angkot yang menuju ke terminal bus. Namun setelah cukup lama menunggu,
angkot yang kami tunggu jarang sekali ada dan sekalinya ada angkot sudah penuh
penumpang L. Alhasil
kami memutuskan untuk naik taksi saja. Tarif taksi di Purwokerto bisa
menggunakan argo maupun borongan. Untuk tarif dengan argo sendiri memiliki
minimal tarif Rp 25.000,00 jadi kalo naik taksinya deket dan argonya kurang
dari Rp 25.000,00 penumpang tetap membayar Rp 25.000,00. Sebagai perbandingan,
saat itu kami membayar kurang lebih Rp 40.000,00 untuk perjalanan dari stasiun
Purwokerto ke terminal bus.
in front of our train |
on the train |
Saat di taksi, supir taksi memberitahu
kami bahwa ada dua macam bus untuk menuju Wonosobo, yaitu bus patas dan bus
cebong. Bus patas adalah bus yang versi bagus, ada AC, busnya bagus dan yang
pasti lebih mahal. Sementara bus cebong adalah bus kelas ekonomi, adanya AC
alam dan busnya lebih mirip metromini. Jadwal keberangkatan bus patas tidak
sebanyak bus cebong. Kami memilih naim bus cebong karena saat kami sampai di
terminal, ada bus yang akan langsung berangkat (pastinya akan lebih murah). Tips
untuk kalian yang ingin menaiki bus umum dari terminal, di tiap terminal ada
rentang harga untuk bus tiap jurusan yang ada dari Dishub. Perlu banget kalian
lihat harga ini biar gak ketipu sama abang-abang bus. Saat itu kami melihat
papan harga dan bus jurusan Purwokerto – Wonosobo hanya dibandrol dengan harga karcis
Rp 17.000,00/orang. Namun alangkah kagetnya saya ketika sudah berada di atas
bus, kami dikenai harga karcis Rp
40.000,00/orang, lebih dari dua kali lipat harga normal. Awalnya saya curiga
hanya kami saja yang dikenai harga asal getok tersebut karena tau kami
wisatawan, bukan orang asli. Ternyata setelah beberapa saat mengamati kondektur
busnya, bukan kami saja yang dikenai kenaikan harga, tapi semua penumpang juga
harus membayar dua kali lebih mahal. Beberapa penumpang bahkan sempat mengeluh
ke kondekturnya dalam bahasa Jawa dan akhrinya saya terjemahkan ke teman-teman
saya. Usut punya usut, kenaikan harga ini dikarenakan saat itu masih tergolong
hari libur lebaran jadi tarif seluruh
angkutan umum naik -_-*. Kzl.
Sepanjang perjalanan Purwokerto –
Wonosobo berasa cuci mata dengan pemandangan alam yang luar biasa. Udaranya juga
sejuk jadi naik bus tanpa AC-pun saya gak kepanasan. Meski supir busnya sangat
jago menyetir bak pebalap F1 (re: ngebut banget ampun deh), saya dan
teman-teman berhasil tidur pulas di dalam bus. Bangun tidur tapi tetep bokong
saya sakit karena duduk paling belakang dan sering kegajluk kalo pak supirnya
ngebut. Perjalanan Purwokerto – Wonosobo kurang lebih 3 – 4 jam tergantung
busnya sering berhenti/ngetem buat cari penumpang.
Sekitar jam 13.30, kami sampai di
Wonosobo. Di dalam bus, kondektur bus menanyakan tujuan kami. Ketika tahu kami
hendak ke Dieng, mas kondektur menyarankan untuk menunggu mobil ke Dieng tidak
di terminal Wonosobo karena akan menunggu lama (mobil tidak langsung
berangkat). Kami pun diturunkan oleh mas kondektur di pertigaan jalan yang
dilewati mobil ke Dieng. Berhubung kami kelaparan, kami memutuskan untuk
mencari makanan di sekitaran tempat menunggu mobil. Alhamdulillah di pertigaan
jalan tersebut kami menemukan gerobak penjual mie ongklok, mie khas Wonosobo,
yang sedang mangkal di pangkalan ojek. Mie ongklok terdiri dari rebusan mie dengan
kubis rebus dan tahu yang disiram kuah kental gurih warna kecokelatan. Bisa
tambah sate daging jugak! Berhubung kami
belum tau rasanya, kami awalnya hanya pesan dua porsi untuk bertiga. Dan ternyata
rasanya enak banget, cocok sama lidah kami bertiga. Akhirnya pesen satu porsi
lagi hahahaha. Udah enak, porsinya juga pas untuk satu orang, dan murah banget.
Bapak penjual mie ongkloknya bilang di
alun-alun atau di restoran harga mienya kalo lengkap pake sate daging bisa Rp
25.000,00/porsi tapi mie ongklok yang beliau jual cukup Rp 10.000,00/porsi
sudah lengkap dengan 5 tusuk sate daging. Jangan bayangin sate dagingnya
gede-gede tapi ya wkwkwkwk.
Mie Ongklok cukup 10rb saja |
Ketika kami sedang khusyuk makan
mie ongklok tiba-tiba ada mobil elf tujuan ke Dieng. Kami pun ditungguin makan
sama supir elf-nya. Memang luar biasa ya, kapan lagi ditungguin makan sama
mas-mas supir elf. Perjalanan Wonosobo – Dieng kami tempuh selama 1 jam dengan
harga karcis Rp 25.000,00/orang. Saran saya, sebaiknya beritahu supir tentang
tujuan/penginapan kalian. Pak supir akan memberitahu tempat turun yang terdekat
dengan tujuan kalian. Atau kalo sekadar ingin bertanya-tanya tentang tujuan
wisata di Dieng pasti pak supir ataupun penumpang lainnya akan dengan senang
hati menjawab pertanyaan-pertanyaan kalian.
Untuk di Dieng, kami berencana tinggal
hanya dua hari satu malam di Losmen Bu Djono. Losmen ini saya ketahui dari
ulasan-ulasan di TripAdvisor. Berhubung losmen ini tidak ada di booking.com
atau situs web-booking lainnya, kami langsung saja menghampiri losmen. Awalnya kami
mau booking kamar dengan kamar mandi dalam namun apadaya karena masih waktu
liburan jadi kamar yang kami mau sudah full-booked. Kamipun menginap di kamar
biasa, isinya beneran biasa, cuma ada kasur dan meja, kamar mandi-nya sharing. Selain
angkutan umum yang tarifnya naik, tarif losmennya juga ikut naik dong. Di hari
biasa, tarif kamar biasa yang saya tempati hanya Rp 75.000,00/malam, kemarin
kami harus membayar Rp 100.000,00/kamar. Nekat, kami hanya booking satu kamar
untuk bertiga dengan anggapan hanya numpang tidur semalam. Lumayan penghematan
, satu orang hanya bayar Rp 33.000,00. Untuk review penginapan nanti akan saya
buat post-nya sendiri, mohon bersabar.
Setelah menaruh barang, kami
diberi penjelasan terkait tempat wisata di Dieng dan paket wisata yang
ditawarkan pengelola losmen. Namun karena adanya satu dan lain hal yang harus
dipertimbangkan. Kami memutuskan kalau sore hingga malam itu akan
berjalan-jalan ke tempat wisata yang bisa dijangkau oleh jalan kaki.
Tujuan kami yang pertama adalah Candi
Arjuna. Kompleks Candi Arjuna sebenarnya tidak terlalu luas jika dibandingkan
Candi Prambanan atau Candi Borobudur. Bangunan candinya pun tidak terlalu
besar. Sayangnya saat kami berkunjung, bangunan candi sedang dipugar jadi kalo
foto-foto ada bambu-bambu yang ikutan kefoto. Bangunan candi ini cantik sekali
pada sore hari dan malam hari. Saat malam hari, bangunan candi disoroti lampu
yang menambah efek dramatis. Tiket masuk candi Arjuna bersamaan dengan tiket
masuk Kawah Sikidang, namun saat kami berkunjung tidak ada petugas loket tiket
dan pengunjung bebas keluar masuk kawasan candi meskipun tanpa tiket. Asumsi saya
sih karena sudah sore, jadi secara resmi loket tiket sudah tutup.
Candi Arjuna |
Mandatory selfie |
foto ala-ala, tapi gagal ckckck |
Puas bekeliling candi, kami
kembali ke losmen untuk bersih-bersih. Tujuan kami selanjutnya adalah wisata
kuliner. Di jalan utama Dieng yang tepat di depan losmen kami, banyak penjual
makanan yang berjajar. Kami pun memutuskan untuk makan malam di salah satu
warung. Kami memesan mie godog jawa, mie goreng jawa, dan soto serta kudapan
tambahan kentang goreng dan jamur crispy. Saya sangat merekomendasikan kentang
goreng dan jamur crispy asli dari Dieng karena kentangnya yang entah mengapa
enak banget dan jamurnya yang beneran crispy dan ukurannya besar-besar. Untuk urusan
makan di Dieng tidak perlu khawatir karena makanan di jamin enak dan murah. Bahkan
setelah makan malam, saya juga membeli roti bakar sebagai kudapan malam hari. Untuk
mengusir hawa dingin, banyak terdapat penjaja wedang ronde juga.
Dinner time |
Ikuti perjalanan saya selanjutnya
dalam mengejar matahari terbit di Bukit Sikunir.
Stay tune!
Kalau mau balik arah Jakarta, sekarang sudah ada ada travel Wonosobo Jakarta, jadi perjalanan mudah tanpa pindah-pindah kendaraan
ReplyDelete